Bukan kebetulan semata


Pernahkah kita berfikir bahwa semua kejadian di dunia ini bukan kebetulan semata? Melainkan diatur secara berkesinambungan dan brilliant oleh Dzat yang maha mengatur?
Ada riwayat di zaman Nabi Musa Allaihissalam yang diceritakan kembali oleh Ustadz Khalid Basalamah
Diriwayatkan saat Nabi Musa Allaihissalam menyampaikan bahwa ia ingin melihat keadilan Allah didepan mata secara langsung.  Maka Allah melalui malaikat Jibril berkata :
“Hai Musa kau tidak akan mampu, kau tidak bisa sabar melihat keadilan Allah kalau dalam kejadian langsung. Kau akan sulit untuk bersabar menunggu, karena ada prosesi-prosesi dalam kasus yang ada”

Nabi Musa Allaihissalam disuruh pergi ke salah satu mata air di sekitar gunung Tursina, dimana sepanjang mata memandang yang tampak hanya padang pasir dan gunung-gunung batu, tidak ada orang disekitar situ, tapi ada satu mata air mengalir.
Nabi Musa Allaihissalam disuruh menyaksikan saja apa yang terjadi dihadapannya, tidak diperbolehkan berbuat apa-apa, diminta bersembunyi untuk menyaksikan.

Kemudian ada orang datang menunggang kuda, turun dari kudanya, karena haus maka dia minum air dari mata air yang mengalir tersebut.  Pada kantong sebelah kiri penunggang kuda tersebut ada kantong berisi uang cukup banyak, saat dia minum kantong uang tersebut terjatuh, dia tidak sadar, kemudian dia menunggang kuda, lalu pergi.

Tidak lama kemudian datang anak kecil sekitar 9-10 tahun, minum air, dilihat ada kantong, diambillah kantong uang tersebut, kemudian anak tersebut pergi.

Berikutnya datang seorang tua dan buta, mendengar gemericik suara air, maka dia mampir, dia minum disitu. Seketika ternyata si penunggang kuda balik lagi ke mata air tersebut, mendapati seorang tua ada disitu maka dia bertanya :
“Apa Anda lihat kantong uang saya disini?
“Bagaimana saya bisa lihat? Saya buta”
“Anda pasti lihat, pasti Anda ambil, tidak ada orang lain, ini padang pasir”
“Geledah saja barang saya”
“Saya tidak percaya!”

Maka ributlah kedua orang tersebut sampai terjadi pembunuhan, si orang tua buta dibunuh oleh si penunggang kuda tersebut. Kemudian dia liat kiri kanan, tidak ada orang, maka dia pergi meninggalkan orang tua yang terbunuh. Dia menganggap uangnya hilang sudah.

Menurut kita kira-kira siapa yang salah dan yang benar dalam kasus seperti tersebut?
Nabi Musa Allaihissalam yg menyaksikan berpendapat bahwa yang salah adalah anak kecil , kalau anak kecil itu tidak ambil kantong uang si penunggang kuda itu maka tidak ada terjadi pertengkaran dan pembunuhan, sesuai yang terlihat oleh Nabi Musa Allaihissalam.
Anak kecil itu sumber masalah. Coba kalau dia minum saja, tidak ambil uang itu, kemudian pergi, maka tidak akan ada pertengkaran dan pembunuhan di mata air itu.
Kemudian Malaikat Jibril datang kepada Nabi Musa Allaihissalam.

“Tuhanmu mengirimkan salam, memang kamu tidak sabar hai Musa, ketidaksabaran itu membuat mu sulit menilai dan melihat keadilan Allah, karena kau tidak sabar”

Dalam riwayat tersebut disampaikan oleh Jibril sbb :
Yang benar dari ke tiga orang itu adalah si anak kecil. Anak yang dinilai sebagai sumber masalah, dianggap salah, justru malah yang benar.

Flashback, beberapa kurun waktu sebelumnya, Ayah si anak ini meninggal karena dibunuh orang. Ayah si anak ini semasa hidupnya pernah menjadi pegawai di penunggang kuda (orang pertama yang mampir kemata air tersebut), dan penunggang kuda itu dalam suatu masa pernah tidak memberikan gaji pegawainya tersebut yang merupakan ayah si anak kecil ini, dan SubhanAllah jumlah gaji yang tidak dibayarkan adalah sejumlah uang yang ada di kantong yang hilang tersebut. Pengunggang kuda tersebut tidak pernah berpikir sebelumnya kenapa dia meletakkan uang sejumlah itu, dia tidak pernah berfikir mampir di mata air tersebut untuk minum dan tanpa sengaja uangnya jatuh.
Dia tidak pernah bertemu dengan si anak kecil dan tidak pernah tau kalau si anak kecil ini anak dari pegawainya.
Karena ayahnya terzolimi oleh si penunggang kuda tersebut, maka Allah dengan keadilannya  memberikan haknya kepada ahli warisnya.
Lalu bagaimana dengan orangtua buta yang dibunuh si penunggang kuda ?

Flashback, Ayahnya si anak ini meninggal dibunuh orang, dan yang membunuh adalah si orangtua buta ini!

Sehingga sekarang lihatlah bagaimana keadilan Allah: si pegawai yang tadinya dizolimi, Allah kembalikan hak nya kepada ahli warisnya dari orang yang menzoliminya. Dan orang yang membunuh, dibunuh oleh orang zolim.
Luar biasa , ini baru satu kasus, berapa banyak kasus dimuka bumi ini?
Yang bisa diambil dari cerita diatas adalah bahwa kita semua dibawah pengawasan Allah, jangan bermain api, Allah tau, jangan pikir kita ini hebat bisa mengatur tipu daya.

QS Ath Thoriq ayat 15 – 17 :
Innahum yakiduna kaida(n) : Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya.
Wa akidu kaida(n) : Dan Akupun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya.
Famahhilil-kafirina amhilhim ruwaida(n) : Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar.

Salah satu cerita saya, yang masih teringat sampai sekarang ini adalah kejadiannya bertahun-tahun lalu saat saya baru pidah kerja kesalah satu publicly company di Jakarta.
Setelah melalui rangkaian test untuk bisa diterima di perusahaan tersebut, saya berjanji, nanti salary pertama untuk disumbangkan ke fakir miskin/anak yatim.
Sampai akhirnya saya diterima bekerja diperusahaan tersebut, bahkan sampai 3 kali terima gaji (3 bulan) saya tidak juga memenuhi janji saya tersbut.
Suatu ketika ada teman sekantor pinjam uang ke saya, dengan janji akan dikembalikan habis gajian. Jumlahnya lumayan gede, tiga kali gaji sebulan. Ok lah, kebetulan saya lagi ada uang nganggur, ga apapalah kasih pinjam teman tersebut, dia lagi perlu.
Saatnya gajian, dia kembalikan uang pinjaman tersebut, lunas, dalam amplop.
Sorenya pulang kerja saya dengan teman tersebut dan satu teman lainnya, hangout di Megaria, nonton bioskop.
Sebelum antri beli tiket bioskop kami ke toilet dulu.
Begonya saya, kok ya percaya sama teman yang baru dikenal 3 bulan dikantor ini, saya titipkan sling bag saya ke teman tersebut saat giliran saya masuk ruang wc.

Selesai dari toilet kami langsung antri beli tiket.
Ketika saya buka tas saya… eng ing eng… amplop itu tidak ada, hilang!. Saya tanya keteman tersebut (si pengutang yang tadi saya titipin tas), jawabnya :
“Ga tau, kecopetan kali kamu”
“Ya nggak lah, gue ambil tissue sebelum masuk ruang wc, dan amplop itu masih ada”

Memang satu-satunya orang yang patut dicurigai ya dia itu.
Dia yang saya titipin tas saya. Tapi saya saat itu ga percaya, terheran-heran sama teman ini. Masa’ sih? Semanis itu sikapnya pada saya, seakrab itu dia berteman sama saya? Masa’ sih?
Berbulan-bulan kemudian saya baru yakin dialah pencurinya, setelah sekian bulan saya bekerja disitu saya mempelajari sikapnya, ternyata culas dan penuh tipu-tipu, dan banyak kasus keuangan dengan pihak luar.
Hhhhuuuuuhhhh… kesal.
Tapi hey, saya kan ga tau kejadian selanjutnya bagaimana, seperti juga kisah nabi Musa diatas.
Flashback,  jumlah uang yang hilang sejumlah tiga kali gaji saya. Dan saya sudah tiga bulan bekerja diperusahaan itu belum juga menunaikan janji saya memberi gaji pertama ke fakir miskin dan anak yatim.
Mungkin saja teman (si pencuri itu) kemudian tidak sengaja juga menjatuhkan amplop berisi uang yang dicuri dari tas saya, entah disuatu tempat.
Mungkin, kemudian ada seseorang anak yatim/fakir miskin yang menemukan amplop uang tersebut.
Maka (mungkin) Allah memberikan hak anak yatim/fakir miskin yg sudah saya janjikan dari uang saya yang hilang, melalui kejadian tersebut.
Lalu bagaimana dengan si ‘teman maling’ tersebut..?
Wallahu a'lam bishawab.
Think positive saja.
Memang harus sabar untuk menilai bahwa semua yang terjadi didunia ini sudah diatur oleh Allah secara adil, untuk semua pihak.

QS Ar Ra’d ayat 2:
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan makhluk-Nya, menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.

QS Al An’aam ayat 59 :
Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”

QS. Al-Zalzalah ayat 7-8 :
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.

Have a nice Thursday!

Komentar

Anonim mengatakan…
Assalamualaikum wr wb...

Ulasan yg menarik..memang dalam hidup di saat kita mengalami musibah yg diperlukan adalah keikhlasan dan tetap percaya bahwa semua adalah sdh diatur oleh yg Maha Mengatur. Keadilan dari Allah datang ketika kita sdh ikhlas terhadap apa yg kita alami. Semoga Allah telah memberikan penggantian yg jauh lebih baik bagi mbak atas segala keikhlasan terhadap apa yg mbak alami. Aamiin YRA


Salam,
Eny DArief mengatakan…
Waalaikumsalam wrwb.
Aamiin.
Terima kasih.
Anonim mengatakan…
as salamualikum wrwb,

terenyuh baca tulisannya mbk..terima kasih atas tulisannya karena membuka mata saya bahwa apa yang terjadi pada kita sebenanya tidak lepas dr andil dr diri kita sendiri. terima kasih mbak..ijin share ulasannya ya mbak.
Eny DArief mengatakan…
waalaikumsalam wrwb.
terima kasih sudah mampir dan membaca
silahkan di share, semoga bermafaat untuk orang banyak.
Anonim mengatakan…
terima kasih mbk