Anonymous, nggak sopan.

pixabay

Sebenarnya saya ‘risih’ dengan comment-comment dari Anonymous di blog, masuk dengan segubrak pertanyaan, tanpa menyebutkan nama. Kira-kira sama dengan seperti  ini :

Saya sedang menunggu di shelter bus di daerah Rawamangun, kemudian ada yang nyolek tangan saya, kemudian orang tak dikenal tersebut langsung nyerocos begini : 

“eh mbak, kalau mau ke Pasar Genjing arahnya kemana? Ada bus yang langsung nggak? Abis naik bus ini trus nyambung naik apa lagi? Kalo mau beli rambutan di Pasar Genjing udah musim belum? Trus rumah makan padang disebelah pasar genjing buka nggak?”

Saya, yang kebetulan tinggal di area yang ditanyakan tersebut tentu mengetahui dengan fasih area tersebut dan tentu saja bisa menjawab sebagian besar pertanyaan si  Anonymous shelter tersebut (kecuali soal rambutan, emangnya gue preman pasar yang tahu apa aja yang didagangin pedagang pasar genjing!). 

Tapi bagaimana reaksi pertama saya? … Saya akan mengernyitkan alis mata, nyureng, dalem hati bilang  “siapa elu? Nggak sopan banget”

Tapi karena saya melihat wajah ndeso si Anynomous shelter ini, yang tampaknya akan nyasar ke ‘ALAS ROBAN’ apabila tidak saya kasih tau, maka saya jawab juga pertanyaan-pertanyaan tersebut walau (kadang) dengan nada jutek.

Masing-masing orang mungkin beda menanggapi case seperti itu. Saya pernah ada di posisi kurang lebih mirip si Anonymous di shelter bus cerita diatas, mungkin agak berbeda cerita tapi intinya sama : sama-sama dianggap NGGAK SOPAN.

Saya diantar supir pribadi (pinjem supir dari kantor Surabaya), berkeliling Surabaya mencari alamat sepupu saya. Mobil kami berhenti di depan bapak-bapak yang sedang duduk-duduk di sebuah teras rumah, saya buka kaca mobil, dan :

“Permisi Pak, tau jalan Dukuh Kupang TImur 15, nggak?”

Dicuekin.
Sekali lagi, masih dari dalam mobil, saya bertanya :

“Maaf Pak, numpang tanya (bukan ‘numpang-numpang anak bagong mau lewat..’ hahaha), jalan Dukuh Kupang Timur dimana ya Pak”

Dibentak :

“SI MBAK-NYA TURUN, KALO MAU TANYA!”

Supir saya langsung bilang : “Bu, disini kalo tanya-nya seperti itu dianggap ndak sopan, baiknya Ibu turun”.

Upsss… taunya Bapak-bapak tersebut aslinya baik, setelah saya turun mobil, bertanya langsung, mereka mengarahkan dengan baik dan ramah. Cara saya bertanya sebelumnya tidak berkenan buat mereka.

Kesimpulannya dari dua cerita diatas,  dengan cara bertanya seperti itu :
  • Sama saja dengan menganggap enteng orang lain (cerita di Surabaya)
  • Sama saja seperti bertanya nyerocos tapi sambil ‘buang muka’ (Anonymous di Shelter bus) 
  • “Lu ga perlu tau siapa gua, yang gua perlu cuma informasi Lu” (Anonymous di blog).

So, sebutkan nama  ya… apabila ikutan ‘nimbrung’ tanya jawab di blog ini. 

Selain itu, saya ucapkan banyaaaaaaaaak terima kasih kepada Anonymous yang selalu membantu saya menjawab pertanyaan-pertanyaan pembaca yang tidak bisa saya jawab, ataupun yang kelewat tidak terjawab. Semoga Tuhan membalas kebaikan Anda.


Komentar