SIM Internasional


Karena suami mau visit Jakarta untuk waktu lumayan lama dalam waktu dekat ini, kemaren saya antar suami perpanjang SIM internasional di RACV Melbourne.
Cuma 5 menit! Sim langsung jadi.
"O terang aja, cuma perpanjang, kalau bikin baru bagaimana?"
"Ya sama saja, Cuma 5 menit"  Karena data semua warga negara sudah ada di database mereka, jadi tinggal kasih poto baru, dan printout, selesai.

Ckckckckck… kagum saya dibuatnya.

Kebayang waktu saya buat SIM A beberapa tahun lalu di Daan Mogot Jakarta, hampir seharian baru selesai, karena harus melewati bererapa tes : tertulis dan tes lapangan. 
Dari mulai penampilan manis bersih, sampe lecek dan kucel. 
Parahnya, sesi pemotretan adalah sesi paling belakangan, jadi poto saya di SIM bener-bener mengecewakan, mirip kayak orang abis melahirkan dan ngemut permen crackes (itu lho, permen yang kalo masuk mulut ada sensasi meledak2 di mulut.. hehe), pucet boo karena kecapean, dan pipinya kebi (karena kesel), trus matanya di belo-belo in supaya keliatan tersenyum. Pantes aja petugasnya waktu ambil poto bilang gini :

“Tampil yang manis dan wajar ya.. karena ini untuk 5 tahun lho”

Hihihih.. mungkin si petugas melihat wajah saya aneh kali ya waktu di poto.

Ya sudah lah, bentar lagi juga itu SIM abis masa berlakunya, dan akan diperpanjang tentunya dengan poto baru.
Sekarang ini sudah mulai ada ide kira-kira mau pake baju apa dan dandan bagaimana untuk pemotretan SIM nanti…. 
Mmmmm… gaya sasak tinggi Mien Sugandhi Ok kali ya? Kebaya dan konde cepol!
Hahahah… seneng banget berangan-angan semau gue.

Balik lagi ke Melbourne, saya juga melihat suami saya mengisi bensin, isi sendiri , selesai kemudian bayar.
Kebayang aja, bisakah hal itu dilakukan di Indonesia, terutama Jakarta ?? Ngebayanginnya aja saya sudah ketawa sendiri, mungkin akan gulung tikar sebagian besar pengusaha bensin, karena pembelinya habis isi langsung cabut (sama seperti kondangan, abis makan, salaman trus cabut.. lho amplopnya mana?? Hahahaha). Trus siapa yang mau nguber itu pengisi bensin yang cabut??  Bisa-bisa jalanan di Jakarta isinya Cuma polisi CHIPS uber2an sama pengisi bensin …
Hhahahahah.. sekali lagi, seneng banget berangan-angan semau gue.

Di Melbourne berkendara dijalan juga sangatttt sabar, mungkin tepatnya patuh dengan aturan, ada zona 40KM di dekat2 sekolah, bila dilanggar kecepatannya langsung ke potret otomatis dan tagihan sekitar AU$ 200 segera dikirim kerumah (hampir 2 juta booooo!). Dimana-mana kamera (polisi nganggur deh). 
Biasa nyetir di Jakarta (dimana ada kesempatan sikatttt..), saya ga berani nyetir di Melbourne yang serba tertib ini, bisa ngebangkrutin dompet suami (hehe).


Komentar